MEDIANADNEWS.COM-Sebelum Kartini, ratusan tahun yang lalu lahir wanita pemberani, Malahayati.
Berani bertarung satu lawan satu dengan kapten kapal Belanda dan berhasil melumpuhkan dengan rencongnya. Begitu juga puluhan tahun yang lalu sebelum Kartini lahir, Wanita pemberani yang menghabiskan masa hidupnya hanya untuk berperang melawan belanda.
Dia lah Cut Nyak Dien, Pada akhir hayatnya, jenasahnya dimakamkan di Sumedang. Kemudian Disusul Cut Meutia, wanita yang lebih tua dari Kartini 6 tahun juga tak lelah melawan penjajah. Dijelang akhir perlawanannya dengan belanda, Cut Meutia hanya punya 45 pasukan dan 13 senjata. Wanita anak Ulama ini meninggal setelah ditembak dikepala dan dadanya karena tidak mau menyerah.
Sementara Kartini, diperlakukan baik oleh penjajah dan difasilitasi dalam pendidikan maupun kehidupannya. Dan hanya bermodalkan “surat-menyurat” dia dijadikan Pahlawan atas rekomendasi Belanda.
Malahayati, Cut Nyak Dien dan Cut Meutia, hanya dijadikan nama Jalan. Tak pernah diperingati secara Massive seperti halnya Kartini, bahkan di Kampungnya sendiri, Aceh.
Itulah Liciknya Penjajah. Yang melawan dirinya dianggap Inlander atau Pemberontak. Yang berteman dengannya dijadikan Pahlawan. #(IbhasKiswotomo)