MEDIANADNEWS.COM, BANDA ACEH – Baru empat hari tinggal di Aceh, Desak Made Rita Kusuma Dewi merasakan sendiri bagaimana kerukunan umat beragama di daerah ini.
Desak Rita merupakan atlet panjat tebing dari Kontingen Bali yang berlaga di Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumut 2024.
“Aceh sangat toleran, saya sangat senang berada di sini,” kata Desak Rita saat ditemui sudutberita.id di sela-sela pertandingan cabang olahraga (cabor) Panjat Tebing di kompleks Stadion Lhong Raya, Banda Aceh, Minggu (8/9/2024) sore.
Desak Rita tiba di Aceh pada Kamis (5/9/2024) melalui Bandara Sultan Iskandar Muda (SIM) Blang Bintang, Aceh Besar. Selama kurang lebih empat hari berada di Aceh, Desak Made mengaku benar-benar merasakan kedamaian, meski berada di tengah mayoritas Muslim.
“Saya melihat masyarakat di Aceh sangat ramah dan baik-baik,” ujar Desak Rita yang menganut agama Hindu itu.
Jebolan Olimpiade Paris 2024 ini mengaku baru pertama kali menginjak tanah Aceh. Di luar, stigma negatif terhadap Aceh masih banyak beredar, baik di media sosial maupun dari mulut ke mulut.
“Ternyata saat tiba di Aceh, saya merasakan sendiri, tidak sesuai dengan stigma di luar, Aceh sangat toleran. Saya sangat senang, dengan support masyarakat Aceh yang sangat luar biasa,” ujar Desak Rita.
Dalam kesempatan itu, Desak Rita juga mengaku takjub dengan Aceh yang memiliki keindahan alam. Dia berencana akan mengunjungi sejumlah objek wisata saat event ini selesai nantinya.
Gadis berusia 23 tahun kelahiran Buleleng, Bali ini juga penasaran dengan sejumlah kuliner Aceh yang dikenal enak. Desak Made akan mencobanya setelah selesai mengikuti kompetisi ini.
“Untuk sekarang (belum mencoba kuliner Aceh), mungkin hari terakhir setelah kompetisi saya ingin mencoba beberapa kuliner di Aceh,” tutur Desak Rita.
Desak Rita berharap pelaksanaan PON XXI Aceh-Sumut berjalan lancar dan sukses. Selain ajang olahraga, event ini juga menjadi momentum Aceh dalam mempromosikan daerahnya ke luar, terutama soal keterbukaan menyambut tamu dari berbagai ras, suku dan agama.
Pada kesempatan yang sama, Desak Rita juga mengungkapkan bahwa ia bertekad menyumbang medali emas untuk daerahnya di event olahraga empat tahunan itu.
“Ini event yang luar biasa dan saya berharap dengan pertama kali saya datang ke sini bisa menyumbang medali emas untuk daerah saya,” harap Desak Rita.
Untuk diketahui, pada PON XX Papua 2021, Desak Rita berhasil meraih emas mewakili Bali dengan catatan 7,01 detik di final. Prestasi Desak Rita berlanjut setelah menyumbang medali emas untuk Indonesia dalam Piala Dunia Panjat Tebing yang berlangsung di Bern, Swiss pada 2003.
Keberhasilan Desak Rita di Swiss mengantarkannya lolos ke Olimpiade Paris 2024. Namun, di ajang itu, Desak Made tersingkir di babak perempat final setelah dikalahkan wakil China, Deng Lijuan.
Adat dan Istiadat Memuliakan Tamu
Kepala Kanwil Kemenag Aceh, Azhari mengatakan bahwa daerah yang berada di ujung barat Sumatra ini dikenal dengan keramahan dan penghormatan tinggi terhadap tamu, meskipun sangat kental dengan pelaksanaan syariat Islam.
“Di Aceh, kami sangat menjunjung tinggi adat dan istiadat yang memuliakan tamu. Masyarakat Aceh terkenal dengan sikap sopan dan toleransi yang tinggi terhadap pengunjung dari berbagai latar belakang budaya dan agama,” ujar Azhari, Senin (9/9/2024).
Azhari menekankan bahwa meskipun Aceh sering dikenal sebagai Serambi Makkah dengan pelaksanaan syariat Islam yang ketat, masyarakatnya tetap menunjukkan sikap terbuka dan menghormati tamu yang datang, baik yang beragama Islam maupun non-Islam.
“Dalam perhelatan PON ke-21 ini berbagai provinsi hadir, dari seluruh Indonesia, tentu dengan ragam budaya, sikap, agama hadir di Aceh. Jadi masyarakat Aceh sangat memahami itu. Masyarakat Aceh sangat menerima tamu dengan berbagai etnis yang datang di Aceh,” katanya.
“Mungkin saudara-saudara, teman-teman, sebelum ke Aceh menganggap kondisi Aceh bagaimana? Tetapi dapat dilihat, setelah tiba di Aceh bagaimana kondisinya, baik di tempat-tempat penginapan, di arena pertandingan, di venue-venue PON yang telah ditetapkan, tentu masyarakat sangat terbuka, sangat ramah dan welcome,” tambah Azhari.
Menurut Azhari, harapan utama dari masyarakat Aceh adalah agar semua tamu menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi setempat.
“Tentu yang bagi jemaah atau rombongan dari berbagai provinsi, ada yang muslim dan non-muslim, dari segi sikap, berpakaian, hanya menyesuaikan. Bagi yang muslim tentu berpakaian muslim dan bagi yang non-muslim tidak dipaksa harus menggunakan jilbab, tapi menyesuaikan dengan situasi dan kondisi,” ujarnya.
Azhari juga menyampaikan bahwa sebelum PON dimulai, pihaknya telah memberikan saran dan pesan melalui penyuluh, penghulu, dan guru untuk menanamkan nilai-nilai ukhuwah wathaniyah (persaudaraan sesama anak bangsa) dan ukhuwah basyariyah (persaudaraan sesama umat manusia).
“Artinya saling menguatkan, saling menghormati, saling meningkatkan rasa persaudaraan satu sama lain karena kita satu bangsa, dan toleransi atau kehidupan bersama di antara umat manusia,” ujarnya.
Pada kesempatan itu, Azhari juga menyinggung soal isu tentang keamanan di Aceh di mata masyarakat luar. Dengan adanya pelaksanaan PON ini, mereka bisa melihat secara langsung bagaimana toleransi dan sikap masyarakat Aceh.
“Kita berharap dengan event PON ke-21 ini kita bisa saling menukar informasi, menjalin silaturahim dan berdiskusi, menyampaikan informasi-informasi dari daerah masing-masing sehingga dengan event ini bisa meningkatkan kinerja kita, persahabatan, ukhuwah wathaniyah dan ukhuwah basyariah dan juga memahami budaya di masing-masing daerah,” pungkasnya.(*)